Keong Mas (Pomacea canaliculata) adalah salah satu hama invasif yang sangat meresahkan petani padi di berbagai wilayah, termasuk di Indonesia. Moluska air tawar ini dikenal karena kemampuannya merusak tanaman padi muda secara masif, terutama pada fase-fase awal pertumbuhan. Kehadiran Keong Mas di persawahan dapat menyebabkan kerugian besar, memaksa petani untuk mengeluarkan biaya dan tenaga ekstra untuk penanaman ulang.
Kerusakan paling parah yang disebabkan oleh Keong Mas terjadi pada tanaman padi muda, baik di persemaian maupun setelah penanaman di lahan. Keong ini sangat rakus memakan batang dan daun bibit padi yang masih lunak. Dalam waktu singkat, populasi Keong Mas yang tinggi dapat menghabiskan seluruh bibit di petak sawah, meninggalkan lahan kosong yang perlu ditanami kembali.
Aktivitas makan Keong Mas yang merusak ini bukan hanya sekadar mengurangi jumlah bibit. Kerusakan pada bibit padi yang baru ditanam juga menghambat pertumbuhan tanaman yang tersisa, karena nutrisi dan energi tanaman terbuang untuk mencoba pulih dari kerusakan. Dampak kumulatif ini berujung pada penurunan hasil panen yang signifikan di kemudian hari, merugikan petani secara finansial.
Meskipun ukurannya relatif kecil, kemampuan reproduksi Keong Mas sangat tinggi. Satu induk keong betina dapat menghasilkan ratusan telur berwarna merah muda yang menempel pada batang padi atau gulma di atas permukaan air. Telur-telur ini menetas dengan cepat, menambah populasi hama baru yang siap merusak tanaman padi, membuat pengendaliannya menjadi tantangan tersendiri.
Pengendalian Keong Mas memerlukan strategi terpadu. Metode yang umum digunakan meliputi pengambilan keong secara manual oleh petani, pemasangan saring atau penghalang di saluran irigasi untuk mencegah keong masuk, serta penggunaan pestisida moluskisida yang selektif dan ramah lingkungan jika populasi sudah tidak terkendali. Pemanfaatan musuh alami seperti bebek juga dapat membantu mengurangi populasi .
Untuk meminimalisir kerugian akibat , petani diimbau untuk selalu memantau kondisi persawahan mereka, terutama pada fase bibit dan awal tanam. Deteksi dini dan tindakan pengendalian yang cepat adalah kunci untuk mencegah kerusakan parah yang bisa menyebabkan petani harus menanam ulang. Dengan upaya kolektif, diharapkan hama ini dapat dikendalikan demi keberlangsungan pertanian padi.
